Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi Fosil: Manusia Purba di Gurun Sahara Makan Ikan Lele

Reporter

image-gnews
Saat salju menutupi sebagian Gurun Sahara di Kota Ain Sefra di Aljazair. Salju yang turun ke Gurun Sahara pada pagi hari, tidak dapat bertahan lama karena pada sore hari suhu yang naik hingga 42 derajat Fahrenheit dan membuat salju tersebut mencair. Hamouda Ben Jerad/via REUTERS
Saat salju menutupi sebagian Gurun Sahara di Kota Ain Sefra di Aljazair. Salju yang turun ke Gurun Sahara pada pagi hari, tidak dapat bertahan lama karena pada sore hari suhu yang naik hingga 42 derajat Fahrenheit dan membuat salju tersebut mencair. Hamouda Ben Jerad/via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Gurun Sahara pernah menjadi rumah untuk bangsa ikan jenis nila (tilapia) dan lele. Mereka menjadi mangsa hewan lainnya dan juga manusia di sana sebelum perubahan iklim mengeringkan danau dan rawa Sahara, dan manusia pun harus mengubah dietnya sejak itu.  

Kondisi Gurun Sahara dulu kala itu diketahui lewat studi atas fosil yang ada oleh Savino di Lernia dan koleganya di Universitas Sapienza, Roma, Italia. Mereka meneliti fosil yang ditemukan dari sebuah gua batu yang disebut Takarkori di Libya sebelah barat daya sejak 2003 hingga 2006. 

Hingga sekitar 5500 tahun lalu, gua berukuran 140 meter persegi itu diketahui diam di pinggiran danau dan membuatnya ideal untuk hunian manusia purba. Di Lernia dan timnya meneliti fosil berumur 10.200 sampai 4650 tahun yang masih terpelihara baik dalam gua dan iklim keringnya. 

"Kala itu Sahara tengah jauh lebih lembap daripada masa kini. Dia lebih seperti savana dan mendukung kehidupan hewan-hewan besar seperti gajah, kudanil, dan badak," kata di Lernia. 

Atas dugaan itu, di Lernia berharap bisa menemukan fosil tulang belulang ikan di situs yang sama. Dia dan tim benar menemukannya tapi betapa terkejutnya mereka karena mendapati jumlah yang begitu banyak. 

Di antara temuan fosil yang berumur 10.200 dan 8.000 tahun, sekitar 90 persennya diketahui berasal dari sisa-sisa ikan lele dan nila. Tanda bekas potongannya menghasilkan dugaan kalau tulang-tulang itu sisa dari yang dimakan manusia kala itu. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jumlah temuan fosil kedua ikan itu berkurang dramatis ketika mereka menganalisis yang berumur antara 5.900 dan 4.650 tahun. Di era ini, tulang ikan hanya menyusun sekitar 48 persen dari temuan. Kebanyakan berasal dari tulang belulang mamalia seperti domba, kambing dan sapi. 

Rekaman fosil-fosil itu juga melahirkan dugaan Sahara mulai mengering sekitar 7.400 tahun lalu. Jumlah temuan fosil ikan tilapia lebih banyak berasal dari spesies Coptodon zillii yang lebih tahan di lingkungan lebih kering.  

“Tidak banyak situs seperti Takarkori yang bisa menunjukkan transisi diet manusia di periode perubahan lanskap yang dramatis," kata David Wright di University of Oslo, Norwegia. “Ini hanya satu kepingan puzzle, tepi sangat penting dalam pergulatan kita memahami bagaimana manusia beradaptasi dengan perubahan iklim yang ekstrem."

NEWSCIENTIST

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

17 jam lalu

Sisifus. Ilustrasi TEMPO/Imam Yunianto
Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.


Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

3 hari lalu

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat thermometer pengukur suhu udara di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

6 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan asap dan abu erupsi Gunung Ruang dilihat dari desa Tagulandang, Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.


Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

7 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

7 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

14 hari lalu

Suasana Gang 8, Jalan Nusa Indah IV, RT8/RW4 Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin, 22 April 2024. Tersedia 32 item pencegah krisis planet di lokasi ini, mulai dari kolam gizi warga, tanaman produktif hingga akuaponik. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

Inisiatif lokal untuk mitigasi krisis pangan lahir di jalan gang di Kelurahan Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Berbekal dana operasional RT.


Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

14 hari lalu

Ilustrasi ular dari keluarga MadtsoiidaeNewscientist.com/dimodifikasi dari nixillustration.com
Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

Para penelitinya memperkirakan kalau ular tersebut dahulunya memiliki panjang hingga 15 meter.


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

15 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

18 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.